Posted by : aa-irwan Rabu, 07 Agustus 2013

mudik lebaran

Bismillah - aairwan kali ini mau berbagi informasi mengenai artikel "Tentang mudik lebaran" arti/makna dan asal muasal dari mudik lebaran. Selamat membaca dan disimak artikelnya dibawah ini gan :

Istilah mudik sudah banyak dikenal orang berasal dari akar kata ‘udik’ yaitu kampung atau desa yg lawan katanya adalah kota. Ini seperti istilah arab ‘ badui’ sebagai lawan dari kata hadhory. Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman. Sampai disinilah istilah mudik ini dipahami banyak orang, dan memang itu sudah cukup tepat menggambarkan fenomena yang ada di hadapan kita.
Struktur tatanan kata ‘mudik’ sebenarnya sangat tidak aneh dalam bahasa arab. Mereka yang sempat belajar bahasa arab insya Allah akan mudah merasakan bahwa kata ‘mudik’ sangat mungkin berasal dari bahasa arab. Selintas kata mudik akan bisa dikategorikan dalam ism fa’il untuk kata dengan wazan (tata susun) af-‘a-la. Seperti istilah ‘murid’ yang jelas dari bahasa arab, dari kata arooda – yuriidu , sehingga murid berarti “ orang yang menginginkan (sesuatu)” dalam hal ini tentu saja menginginkan ilmu. Nama Tokoh HAM yang gugur “ Muniir”, juga jelas berasal dari kata anaaro-yuniiru, yang arti yang memberikan cahaya atau yang menerangi. Nah, dengan demikian kata ‘mudik’ juga –bisa jadi- berasal dari turunan bahasa arab juga. Apalagi kalau kita hubungkan dengan sejarah bahasa arab, pendatang arab yang sudah mendarah daging di Indonesia turun menurun. Belum lagi banyaknya kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari serapan bahasa arab, rasa-rasanya kesimpulan sederhana itu tidak sepenuhnya asal-asalan. Insya Allah. Jika kita coba cari padanan katanya (plesetannya-red) dalam bahasa Arab, akan kita temukan beberapa kemungkinan akar kata mudik sebagai berikut.

Pertama : Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi”

Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka. Secara umum menerangi fenomena hari raya setiap tahunnya. Maka jadilah lebaran kita khususnya di Indonesia setiap tahun begitu meriah dan ramai. Bisa kita bandingkan dengan lebaran di negara yang lainnya, bisa jadi meriah dan ramai, tetapi tanpa mudik ia menjadi sesuatu yang relatif biasa-biasa saja. Lihat saja di kampung-kampung, kita bisa rasakan dengan mudah hidupnya suasana desa dengan kedatangan sanak saudaranya dari kota. Mobil-mobil banyak diparkir di pinggir jalan dengan plat B menandakan ada keluarga yang meramaikan hari raya kali ini. Mau tidak mau, suka tidak suka , inilah ‘cahaya’ yang menerangi suasan lebaran kita. Jika semua itu diniatkan untuk memeriahkan hari raya, tentu itu sebuah kenikmatan luar biasa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : “ dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar (agama) Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati “ (QS Al-Haj 32) .

Kedua : Mudik dari akar kata “ Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan “

Analisa selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut. Mereka ingin menghilangkan semua beban kerinduan akan kampung halaman, dan itu semua tidak akan terpenuhi tanpa benar-benar mereka sampai di kampung halaman, khususnya di hari raya yang memang menjadi momentum legal secara syar’I untuk kita berhari raya. Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan di hari raya : “ Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan sungguh inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR Bukhori).

Ketiga : Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang berarti “ yang merasakan atau mencicipi “

Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran. Bukan pula suasana kehidupan, tentulah juga mereka ingin merasakan kelezatan selera yang disajikan. Ini benar-benar sebuah realita yang tak terbantahkan. Para pemudik itu mungkin banyak yang jenuh dengan suasana perkotaan yang terlampau rumit untuk diceritakan. Kerasnya persaingan kerja dan bisnis menjadi alasan yang cukup kuat bagi pemudik untuk sesekali mengistirahatkan diri, menyempatkan untuk merasakan kembali ketenangan kampung halaman. Mereka juga ingin kembali merasakan kehangatan sapaan dari teman-teman kecil di kampungnya. Karenanya, hari-hari ini lihatlah banyak acara-acara reuni diadakan untuk menjawab keinginan untuk merasakan hal tersebut. Inilah yang juga diisyaratkan oleh Umar bin Khotob, tentang nikmatnya bertemu teman-teman lama untuk saling berbagi kebaikan. Dia berkata : ” Seandainya bukan karena tiga hal, niscaya aku ingin menghadap Allah (mati), yaitu karena Aku berjihad di jalan Allah, meletakkan keningku di tanah untuk bersujud kepada Allah, dan duduk bersama orang-orang yang memetik perkataan yang baik, sebagaimana dipetiknya buah yang ranum “.(HR Ahmad)

mudik uy


Mudik merupakan kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya
menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Mudik diambil dari kata "udik" yang berati kampung atau jauh dari kota. Entah sejak kapan tradisi mudik (pulang kampung) di indonesia dimulai. Namun, merujuk pada kajian budayawan, mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah mengenal tradisi ini jauh sebelum berdiri Kerajaan Majapahit untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon
keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun. Hingga kini kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung masih banyak ditemukan di daerah Jawa. Budaya mudik adalah suatu nilai sosial positif bagi masyarakat Indonesia, karena dengan mudik berarti masyarakat masih menjunjung nilai silaturahmi antara keluarga. Acara mudik khususnya menjelang lebaran bukan hanya menjadi milik umat muslim yang akan merayakan idul fitri bersama keluarga, namun telah menjadi milik "masyarakat indonesia" seluruhnya. Karena pada dasarnya bersilaturahmi adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Selain untuk bersilaturahmi, mudik juga digunakan sebagai momen untuk menunjukkan sebuah eksistensi para pemudik kepada orang lain.

Dengan bertemu sanak keluarga, mereka bisa menunjukkan sampai sejauh mana hasil jerih payah mencapai taraf hidup di perantauan. Para perantau rela menghamburkan tabungannya, jerih payahnya selama di rantau untuk menunjukkan "keberhasilan" kepada keluarga dan tetangga. Sebenarnya pulang kampung bukan hanya
terdapat di Indonesia, di masyarakat eropa atau Amerika pun, mereka memiliki tradisi berkumpul makan bersama keluarga besar di malam natal. Meskipun mobilisasi yang ada tak semassal "pulang kampung" di Indonesia.

Semoga artikel "Tentang mudik lebaran" ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua. ditunggu nih komentarnya. Terima kasih.

{ 15 komentar... read them below or Comment }

  1. pertamax gan. infonya bagus dan bermanfaat

    BalasHapus
  2. Anonim8/8/13

    makasih banyak nih infonya. tambah pengetahuan

    BalasHapus
  3. ijin menyimak gan. tks

    BalasHapus
  4. hohooh gitu toh sejarahnya...keren infonya

    BalasHapus
  5. makasih banyk nih a infonya. nambah pengetahuan donk.

    BalasHapus
  6. mudik memang sudah jadi tradisi buat kita...selalu ditunggu setiap tahun..:)

    BalasHapus
  7. Saya sudah balik lagi nih, cuma beberapa hari setelah lebaran..

    BalasHapus
  8. cara mudik memang kadang aneh.....ada yang satu kendaraan 5 orang,,,,kan aneh

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah, akhirnya nemu juga yang ngepost ini. makasih ya. Do`ain moga sukses saat memanfaatkannya.

    BalasHapus
  10. kalau libur panjangnya sebelum puasa apa namanya...mudik nispuan kali

    BalasHapus

Silahkan berkomentar untuk kemajuan blog ini.
Terima kasih

Jadwal Shalat

jadwal-sholat

Pengunjung

Artikel Populer

www.aairwan.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Sponsor

slimming capsule

- Copyright © Blog aa-irwan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by aa-irwan -